Memahami Gaya Belajar Anak

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Kuliah Bunda Sayang Batch 5

Sesi#4 – Memahami Gaya Belajar Anak

Bicara tentang gaya belajar anak, sepertinya memang baru sy dapat sekarang setelah punya anak, dan mengikuti berbagai kesempatan belajar dari beberapa narasumber seminar parenting juga praktisi home education dan homeschooling yang memaparkan bahwa setiap anak itu unik, setiap anak itu lahir dengan fitrah, bakat & karakter masing-masing yang berbeda, maka jangan disamakan. Salah satu pembahasannya pernah disampaikan Teh Fufu, disini.

Berbeda dengan yang saya tahu, jaman sy sekolah dl, belajar & dididik itu yaa di sekolah dengan kurikulum & cara belajar sekolah negeri dengan gaya belajar yg sama untuk setiap anak. Baru saya mengerti kenapa ada anak di cap rajin, kenapa ada anak yang dibilang badung. Yang padahal itu dipengaruhi oleh gaya belajar anak yang berbeda-beda. Yang harusnya pemberian materi pembelajaran & pengukuran prestasi nya juga dilakukan dengan metoda dan cara yang berbeda.

Dan perlu dipahami betul karena ternyata memang gaya belajar anak juga termasuk gaya belajar kita sbg orangtua berpengaruh pada prestasi di masing-masing bidang. Dan dengan gaya belajar yang sudah tepat akan memaksimalkan potensi di bidang yang ditekuni. Pemahaman materi dan penyampaian pesan dengan cara yang berbeda sesuai dengan gaya belajar pun akan lebih mudah diserap, bahkan si anak akan menjadi pembelajar yang mandiri dan jika tidak dipahami akan menjadi bumerang.

Semalam dalam Webinar Kuliah Bunda Sayang dipaparkan oleh Bu Septi Peni, Gaya Belajar itu ada 3 :

Screenshot_2015-12-01-20-03-43[1]

Bu Septi menjelaskan, bahwa masing-masing cara belajar, memiliki ciri yang berbeda. Mengapa orangtua perlu juga mengetahui gaya belajar masing2? Bu Septi mengilustrasikan dengan situasi dalam rumah tangga, dimana gaya belajar suami & istri akan mempengaruhi pola komunikasi yang harus dijalin. Suami & istri harus paham gaya belajar masing2 pasangan, contohnya :

  • Istri/Suami Visual : Akan senang jika diberi hadiah/kado pada moment2 tertentu.
  • Istri/Suami Auditory : Akan lebih senang dengan pujian secara verbal
  • Istri/Suami Kinestetik : Akan lebih senang dengan sentuhan, dengan gestur dan gerak.

Bisa dibayangkan jika tidak saling memahami gaya belajar masing2, maka pola komunikasi nya pun, bs menimbulkan ekspektasi yg tidak tercapai dari hal yg kita tunjukan. 🙂 Begitupula dengan anak. Kita sebagai orang tua harus paham, tipe mana anak kita, karena komunikasi yang harus kita lakukan itu berhubungan dengan gaya belajar masing-masing anak.

Kemudian dalam webinar, kita diminta cek di bagan dibawah ini, untuk mengetahui masuk ke gaya belajar yang mana :

Screenshot_2015-12-01-20-05-07[1]

Cek dominan yang manakah kita, atau bisa juga kombinasi.

Merah (Visual)

  • Menyukai hal-hal yang detail dan rapih
  • Banyak gambar & ilustrasi pada buku catatan
  • Untuk memikirkan sesuatu sering menutup mata untuk membayangkan

Biru (Auditory)

  • Suka membaca dengan mengeraskan suara
  • Suka bicara sendiri ketika menyimpan / mengingat suatu informasi
  • Mengemukakan ide dengan ekspresi kata2 / verbal

Ungu (Kinestetik)

  • Berbicara menggunakan tangan / gesture
  • Lebih mudah mengingat sesuatu / pengetahuan yang dilakukan daripada pengetahuan yang dibaca / didengar
  • Menyukai pelajaran yang berhubungan dengan praktek langsung

Dan ini strategi pembelajaran yang bs dilakukan untuk masing-masing tipe gaya belajar :

Screenshot_2015-12-01-20-11-02[1]

Mengajarkan matematika pun untuk anak visual lebih mudah dipahami dengan gambar & warna2, bu septi memberi contoh untuk belajar perkalian seperti ini :

Anak visual tidak akan dipengaruhi situasi belajar, berbeda dengan auditory, yang harus belajar dalam keadaan tenang, karena kekuatan belajarnya ada pada indera pendengarannya.

Screenshot_2015-12-01-20-21-23[1]

Anak Auditory tidak suka membaca. Bu Septi menceritakan perbedaan Enes dan Ara putrinya. Jika ada waktu luang Enes lbh pilih membaca buku, tas nya penuh dengan buku, berbeda dengan Ara, yang tas nya penuh dengan mainan, namun dia minta kaka nya bacakan isi bukunya dan keesokan harinya, Ara bs menceritakan isi bukunya kepada teman2nya.

Bu Septi pun berbagi, untuk Ara, Bu Septi banyak membuat rekaman audio untuk pembelajarannya, bahkan membuat lagu untuk Ara belajar perkalian.

Screenshot_2015-12-01-20-26-23[1]

Berbeda dengan kinestetik, yang harus belajar dengan bergerak, menghafal pun dengan bergerak. Dibuatkan permainan, yang bisa mengingatkan nya terus pada yang akan dihafal.

Screenshot_2015-12-01-20-31-38[1]

Anak kinestetik memiliki energi lebih yang harus dia keluarkan. Umur 7-10 tahun akan terus bergerak, belajar dengan bergerak, dengan permainan, tidak bisa duduk diam di kelas, mencatat pelajaran, nah Alhamdulillah sekarang sudah banyak sekolah Alam yang bisa memfasilitasi energi belajar anak kinestetik yang akan cocok untuknya.Tipe kinestetik ini yang kadang di cap badung di jaman saya sekolah dulu.. Padahal mereka bs sama-sama belajar tapi dengan gaya belajar yang berbeda, tidak bisa disamakan dengan 2 tipe lain. 🙂

Lalu, kapan kita bisa ketahui gaya belajar anak?

Gaya belajar anak akan bisa diketahui ketika anak sudah lancar bicara. Orang tua harus pandai menstimulus gaya belajar anak dengan suguhkan ke 3 metode belajar untuk 3 tipe gaya belajar ini,  coba semua misal dengan :

  • Pagi : Permainan bergerak
  • Siang : Duduk untuk mendengarkan dongeng/shiroh
  • Sore : Menonton Video

Kita bisa observasi, mana yang paling lama membuat anak betah.

Terakhir Bu Septi berbagi tentang Learning Pyramid. Sayang sudah tidak kondusif semalam jadi harus terlewatkan pemaparan terakhir & pemberian tugasnya. Insyaa Allah dilengkapi kalau sudah dapat sharing dari ibu-ibu lain.

Screenshot_2015-12-01-20-40-47[1]

Intinya.. tugas kita sebagai orang tua, dampingi anak dengan gaya belajar masing-masing anak. Pendidikan hanya ada di rumah, sekolah hanya tempat belajar, partner orang tua dalam mendidik anak. Sejatinya tugas pendidikan ada ditangan kita orangtuanya. Orangtua lah yang harus paling mengetahui gaya belajar anak, untuk memaksimalkan potensi dan pembelajaran anak.

Semoga Allah beri kemudahan untuk kita melaksanakan kewajiban membangkitkan fitrah baik anak yang telah Allah amanahkan. Aamiin yra..

Semoga Bermanfaat.

1 Desember 2015

Viki Putri